ARTICLE AD BOX
Jakarta, Gizmologi – Siapa yang tidak mengenal Ubisoft? Ini merupakan game studio asal Prancis yang sangat dikenal dengan karya-karya game dengan judul Assassin’s Creed Series. Informasi yang tengah simpang siur mengatakan bahwa pada 2025 Ubisoft bakal alami kebangkrutan, dan hal ini dikarenakan penjualan yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Bahkan, modal dalam membangun game seperti Assassin’s Creed Shadow tergolong cukup besar.
Selain itu, banyak game Ubisoft yang tidak sukses, gamer juga semakin yakin bahwa Ubisoft bisa saja masuk ke ambang kebangkrutan. Akibatnya, banyak analis industri yang mulai mempertanyakan arah kebijakan Ubisoft dalam mengembangkan game-game baru. Salah satu penyebab utama adalah strategi perusahaan yang dianggap terlalu bergantung pada franchise besar seperti Assassin’s Creed, tetapi kurang mampu menghadirkan inovasi yang dapat menarik minat pemain baru. Seri terbaru, Assassin’s Creed Mirage, misalnya, menerima kritik karena dinilai kurang memberikan pengalaman segar dibandingkan game sebelumnya.
Tidak hanya itu, beberapa judul seperti Skull and Bones dan XDefiant mengalami penundaan berulang kali, yang membuat kepercayaan publik terhadap Ubisoft semakin menurun. Kegagalan proyek-proyek ini juga mencerminkan kurangnya manajemen waktu dan sumber daya yang efektif di dalam perusahaan. Akibatnya, banyak penggemar yang mulai kehilangan kepercayaan, sementara investor khawatir akan masa depan perusahaan.
Faktor lain yang turut berkontribusi adalah kompetisi yang semakin ketat di industri game. Studio-studio besar seperti Sony, Microsoft, dan EA berhasil menarik perhatian dengan judul-judul eksklusif yang lebih menarik dan inovatif. Di sisi lain, pengembang independen juga berhasil mencuri pangsa pasar dengan game berkualitas tinggi yang sering kali memiliki harga lebih terjangkau.
Namun, tidak semua pihak sepakat dengan prediksi kebangkrutan ini. Sebagian pengamat percaya bahwa Ubisoft masih memiliki peluang untuk bangkit, asalkan mereka mampu memperbaiki strategi bisnisnya. Beberapa langkah yang bisa diambil termasuk diversifikasi portofolio game, memperbaiki hubungan dengan komunitas gamer, dan memprioritaskan kualitas dibandingkan kuantitas dalam pengembangan produk mereka.
Terlepas dari itu, masa depan Ubisoft tampaknya akan sangat bergantung pada kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan memenuhi ekspektasi gamer yang terus berkembang. Tahun 2025 bisa menjadi titik balik, apakah Ubisoft akan bangkit dari keterpurukan atau justru benar-benar gulung tikar.
Baca Juga: Game Starfield Hujan Kritik, Loading Screen Mengganggu Laju Permainan
Ketergantungan Berlebihan pada Franchise Besar
Salah satu faktor utama yang dianggap sebagai akar permasalahan Ubisoft adalah ketergantungan yang berlebihan pada franchise besar seperti Assassin’s Creed, Far Cry, dan Tom Clancy’s. Meskipun game-game ini memiliki basis penggemar yang besar, repetisi konsep dan gameplay membuat beberapa pemain merasa bosan. Misalnya, banyak kritik terhadap seri Far Cry yang dinilai kurang berinovasi sejak beberapa edisi terakhir. Hal ini membuat para pemain lama kehilangan antusiasme, sementara pemain baru tidak merasa tertarik untuk mencoba.
Pendekatan mereka yang sering mengandalkan live service games seperti The Division dan Rainbow Six: Siege juga menghadapi tantangan besar. Meski sukses di awal, kurangnya pembaruan yang signifikan dalam konten membuat jumlah pemain aktif menurun drastis seiring waktu. Ketidakmampuan Ubisoft untuk keluar dari zona nyaman mereka menjadi salah satu penyebab mengapa mereka gagal bersaing dengan developer lain yang lebih inovatif.
Tantangan Internal dan Eksternal Ubisoft di Industri Game
Selain strategi yang kurang tepat, Ubisoft juga menghadapi tantangan internal yang memperburuk situasi. Misalnya, laporan tentang lingkungan kerja yang tidak kondusif dan berbagai isu manajerial menjadi sorotan negatif bagi perusahaan. Ini tidak hanya memengaruhi moral karyawan, tetapi juga memperlambat proses pengembangan game.
Di sisi lain, tantangan eksternal seperti persaingan yang semakin ketat di industri game turut memberi tekanan besar. Studio-studio besar seperti Naughty Dog dan CD Projekt Red berhasil mencuri perhatian gamer dengan kualitas narasi dan inovasi teknis. Sementara itu, pengembang indie terus menghadirkan game-game segar yang sering kali mendapat pujian kritis, seperti Hades dan Hollow Knight. Ubisoft, yang dikenal dengan pendekatan “mainstream,” justru kesulitan beradaptasi dengan tren ini.
Melihat situasi ini, Ubisoft harus segera mengambil langkah drastis untuk memperbaiki reputasi dan kinerjanya. Apakah perusahaan ini akan berhasil mengatasi berbagai tantangan tersebut, atau justru akan menjadi contoh lain dari kegagalan besar di industri game? Hanya waktu yang bisa menjawab.
Artikel berjudul Ubisoft Dipredisi Bangkrut 2025, Penjualan Game Tak Capai Ekspektasi yang ditulis oleh Christopher Louis pertama kali tampil di Gizmologi.id