ARTICLE AD BOX
Hadir di acara tersebut Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa, Wakil Menteri (Wamen) Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, Direktur Pemulihan Ekosistem dan Bina Areal Preservasi Kementerian Kehutanan Jefri Susyafrianto, dan Ketua Umum PHDI Pusat Mayjen (Purn) Wisnu Bawa Tenaya.
Turut hadir juga, Ketua Umum Panitia Nasional Perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1947 Gede Narayana, Ketua Umum PP KMHDI Wayan Darmawan, Ketua Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Ny Wikanti Yogi.
Wisnu Bawa Tenaya mengatakan, penanaman pohon mangrove adalah wujud konkret untuk menjaga alam dan lingkungan. Apalagi, umat Hindu memiliki nilai filosofis palemahan dalam Tri Hita Karana yaitu salah satunya adalah menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan alam dan lingkungan.
“Melalui penanaman pohon mangrove ini, kita berharap lingkungan dan alam dapat terus terjaga. Terlebih kita umat Hindu sangat membutuhkan alam dan lingkungan. Ketika kita bersembahyang kita butuh daun, bunga, dan buah. Untuk itu sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga alam,” ujar Wisnu Bawa Tenaya dalam keterangan tertulis yang diterima NusaBali.
Isyana mengatakan, penanaman pohon merupakan tanggung jawab bersama kepada lingkungan dan alam. Menurut dia, lingkungan bersih akan menghasilkan keluarga berkualitas.
“Mewujudkan keluarga berkualitas merupakan prioritas pemerintahan Prabowo–Gibran yang tertuang dalam Astacita. Melalui keluarga berkualitas Indonesia Emas 2045 akan dapat diraih,” ucap Isyana.
Ni Luh Puspa menyatakan, merawat ekosistem mangrove sejalan dengan konsep pariwisata berkelanjutan. Apalagi, saat ini objek wisata mangrove telah populer dan menjadi destinasi favorit masyarakat.
Untuk itu, Ni Luh Puspa mengajak semua pihak untuk mulai melakukan gerakan menanam mangrove. Lantaran penanaman mangrove tidak hanya bermanfaat untuk masyarakat sekitar, tapi juga bermanfaat secara ekonomi melalui pariwisata.
“Saya sangat senang dan mengapresiasi kegiatan ini. Penanaman mangrove ini sejalan dengan konsep pariwisata berkelanjutan yang tengah dikembangkan di Kementerian Pariwisata,” ucap Ni Luh Puspa.
Jefri Susyafrianto menambahkan, mangrove merupakan tanaman yang memiliki beragam fungsi mulai dari penahan abrasi pantai, penghalau badai, dan sebagai tempat hidup berbagai spesies laut.
“Mangrove juga memiliki peran penting dalam penyerapan karbon dan perlindungan terhadap perubahan iklim global,” ucap Jefri.
Wayan Darmawan mengatakan, penanaman mangrove ini merupakan gerakan kolaborasi bersama untuk merawat lingkungan.
Pada kesempatan tersebut, PHDI Pusat juga meluncurkan logo HUT ke–66 PHDI. Ketua Umum PHDI Pusat Mayjen (Purn) Wisnu Bawa Tenaya menjelaskan, makna logo sebagai simbol semangat ajaran Hindu.
“Peluncuran ini menjadi simbol semangat dan tekad PHDI sebagai lembaga majelis untuk terus berkomitmen dalam melestarikan, mengembangkan, dan membumikan ajaran Hindu Dharma di Indonesia,” kata Wisnu Bawa Tenaya.
Dia mengatakan, tagline yang diambil pada perayaan tahun ini yakni Manawasewa, Madhawasewa. Dia menjelaskan, Manawasewa berasal dari kata ‘manawa’ (manusia) dan ‘sewa’ (pelayanan/pengabdian), menegaskan pentingnya melayani sesama manusia secara tulus.
Madhawasewa merupakan perpaduan makna ‘madhawa’ (Tuhan, kekuatan rohani, aspek vertikal) dan ‘sewa’ (pengabdian), bermakna pelayanan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.
“Melalui tagline ini, kami dari PHDI mendorong semangat pelayanan kepada sesama (horizontal, pawongan) sebagai pelayanan yang sama maknanya dengan pelayanan kepada Tuhan (vertikal, parahyangan),” ujarnya.
Dia berharap, logo dan tagline itu mampu memberi inspirasi kepada seluruh umat Hindu di Indonesia untuk terus menjaga nilai-nilai luhur keagamaan, memupuk persatuan, serta berperan aktif dalam menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bersama. “Semoga tagline ini mampu memotivasi kita semua untuk semakin giat berbakti dan berkarya,” tandas Wisnu Bawa Tenaya. 7 k22