ARTICLE AD BOX
Jakarta, Gizmologi – Artificial Intelligence dan manfaat open source telah menjadi pilar penting dalam transformasi digital berbagai sektor. Setelah melewati fase eksperimen, AI kini menjadi alat strategis yang digunakan secara rutin oleh banyak perusahaan.
Survei global dari McKinsey bahwa 65% perusahaan telah mengadopsi AI secara reguler, dengan angka yang terus meningkat sejak 2023. Namun, di Indonesia, pengadopsian AI masih menghadapi tantangan. Sekitar 53% CEO lokal melaporkan belum mengimplementasikan AI generatif di perusahaan mereka, jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain di Asia Pasifik.
Meskipun demikian, potensi AI di Indonesia sangat besar, terutama dengan kemajuan teknologi yang memungkinkan adopsi yang lebih luas. AI tidak lagi hanya tentang otomatisasi sederhana, tetapi juga mencakup analitik prediktif, pembuatan konten, hingga pengambilan keputusan strategis. Untuk mendukung perkembangan ini, pendekatan berbasis open source menjadi kunci bagi perusahaan untuk menghadirkan inovasi dan berkompetisi secara global.
Di tengah upaya percepatan adopsi AI, Red Hat menyoroti tiga tren utama yang diprediksi akan mendefinisikan lanskap enterprise AI di Asia Pasifik pada tahun mendatang. Tren ini mencakup manfaat open source, pentingnya hybrid cloud, dan strategi jangka panjang untuk pertumbuhan berkelanjutan.
“Sebenarnya, manfaat Open Source pada era sekarang memang sudah menjadi hal yang wajib kita perhatikan. Pasalnya, manfaat-manfaat Open Source mampu untuk memberikan fleksibilitas kebutuhan yang dicari oleh para pelanggan kami, dan aspek tersebut merupakan strategi dari manfaat Open Source,” ungkap Vony Tiju, Country Manager Indonesia dari Red Hat.
Baca Juga: Gandeng Nutanix, Artajasa Migrasi Platform Demi Percepat Transaksi Keuangan & Adopsi AI
Manfaat Open Source dalam Pengembangan AI
Manfaat Open source telah membuka pintu inovasi di berbagai sektor teknologi, termasuk AI. Sejak tahun lalu, jumlah proyek berbasis AI generatif open source meningkat hingga 98%. Dengan kontribusi utama dari negara-negara seperti India, Jepang, dan Singapura, platform open source menawarkan kolaborasi yang lebih luas dan aksesibilitas yang demokratis.
Melalui solusi open source, perusahaan dari berbagai skala dapat mengakses framework dan tools AI secara lebih fleksibel. Hal ini tidak hanya menekan biaya pengembangan, tetapi juga memberikan kendali lebih besar atas data sensitif. Selain itu, komunitasterkait manfaat open source yang kolaboratif memungkinkan pengidentifikasian dan penanganan bug secara cepat, meningkatkan kepercayaan terhadap hasil yang didorong oleh AI.
Manfaat open source lainnya adalah fleksibilitas yang ditawarkannya. Perusahaan dapat menyesuaikan solusi berdasarkan kebutuhan spesifik mereka, memastikan teknologi yang digunakan selaras dengan tujuan bisnis. Pendekatan ini menciptakan arena kompetisi yang lebih setara, di mana perusahaan kecil sekalipun dapat bersaing dalam skala global.
Hybrid Cloud sebagai Standar Baru
Hybrid cloud kini menjadi pilihan utama bagi perusahaan yang ingin mengintegrasikan AI ke dalam operasional mereka. Teknologi ini memungkinkan bisnis untuk mencapai kecepatan, fleksibilitas, dan inovasi yang dibutuhkan di era pelanggan saat ini. Di Indonesia, sektor layanan keuangan menjadi pelopor dalam adopsi hybrid cloud, menggunakan teknologi ini untuk menjalankan workload AI secara efisien.
Dengan hybrid cloud, perusahaan dapat memastikan konsistensi operasional di berbagai tim dan fleksibilitas dalam menjalankan workload AI di mana saja. Hal ini sangat penting untuk menjaga kelincahan bisnis dan adaptasi terhadap perubahan kebutuhan pasar.
Di tingkat nasional, hybrid cloud menjadi fondasi bagi Indonesia untuk mewujudkan potensi AI dalam mendukung pertumbuhan ekonomi digital, yang diperkirakan akan mencapai kontribusi sebesar USD 366 miliar pada 2030.
Namun, untuk memaksimalkan potensi hybrid cloud, perusahaan harus bekerja sama dengan penyedia layanan terpercaya yang menawarkan keahlian dan infrastruktur berkualitas. Kolaborasi ini memungkinkan perusahaan untuk melangkah lebih jauh tanpa memerlukan pengembangan teknologi yang kompleks.
Strategi AI untuk Pertumbuhan Berkelanjutan
Integrasi AI dalam bisnis membutuhkan strategi jangka panjang yang matang. Banyak perusahaan terjebak dalam upaya untuk mendapatkan hasil instan, yang justru menghambat transformasi AI mereka.
Untuk mencapai potensi penuh AI, perusahaan harus fokus pada empat pilar utama: budaya dan kepemimpinan, keahlian dan sumber daya manusia, landasan data yang kokoh, serta framework tata kelola yang andal.
Di kawasan Asia Tenggara, survei menunjukkan bahwa hanya 17% perusahaan yang memiliki tim data science khusus dengan keahlian mendalam. Kesenjangan ini menunjukkan perlunya investasi yang lebih besar dalam pengembangan talenta dan infrastruktur data. Selain itu, tata kelola yang baik dan kepatuhan terhadap regulasi juga menjadi faktor penting untuk mengurangi risiko hukum dan reputasi.
Dalam jangka panjang, perusahaan yang berinvestasi dalam budaya inovasi dan pengembangan keahlian karyawan akan lebih siap untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang AI. Dengan pendekatan strategis, AI dapat menjadi pendorong pertumbuhan yang berkelanjutan di berbagai sektor industri.
Artikel berjudul Red Hat Soroti Masa Depan AI Enterprise & Manfaat Open Source di 2025 yang ditulis oleh Christopher Louis pertama kali tampil di Gizmologi.id