ARTICLE AD BOX
Ketua Panitia Ogoh-Ogoh sekaligus konseptor, I Kadek Aditya Surya Permana, yang akrab disapa Dek Po, mengatakan bahwa karya tahun ini menonjolkan tiga tokoh utama yang dilengkapi dua karakter pendukung. "Kami menggunakan sistem bongkar pasang pada bagian karakter di atas serta sisi kanan dan kiri untuk mempermudah pengerjaan dan fleksibilitas saat arak-arakan," ujarnya.
Proyek ini dirancang dengan anggaran sebesar Rp70-80 juta berdasarkan Rencana Anggaran Biaya (RAB). “Progresnya cukup baik, dan kami optimis dapat menyelesaikan karya sesuai target dengan kualitas terbaik. Anggaran yang kami kelola digunakan secara efisien agar hasil akhirnya maksimal,” tambah Dek Po.
Dek Po juga menilai bahwa sistem tarung bebas pada lomba ogoh-ogoh tahun 2025 menjadi kesempatan berharga bagi seluruh ST di Kota Denpasar. "Tarung bebas ini adalah angin segar. Kompetisi yang mempertemukan seluruh wilayah Denpasar memberikan peluang untuk memperlihatkan karya terbaik tanpa batasan kecamatan," jelasnya.
Melalui karya ini, ST Teja Yowana Dharma tidak hanya berupaya menjaga tradisi seni ogoh-ogoh tetapi juga memaknai persiapan menuju Hari Raya Nyepi sebagai simbol refleksi dan introspeksi diri. “Semoga Tahun Baru Caka 1947 menjadi lebih baik bagi kita semua. Kami berharap Hari Raya Nyepi yang dinanti setiap tahun dapat berjalan khusyuk, dengan ogoh-ogoh menjadi bagian dari keindahan tradisi yang dilestarikan,” kata Dek Po.
Dengan lima tokoh karakter yang kaya simbolisme, rancangan ogoh-ogoh ST Teja Yowana Dharma menjanjikan sebuah karya yang tak hanya memukau secara visual tetapi juga sarat makna budaya. Tradisi ini menjadi bagian penting dari warisan seni Bali yang terus menarik perhatian lokal maupun wisatawan. *m03