‘Bhuta Perot’ Banjar Kedaton Kesiman Siap Menggebrak

7 hours ago 2
ARTICLE AD BOX
Ketua STYDK, I Komang Bayu Kusuma Putra (Mang Bayu) menjelaskan, pihaknya telah memulai proses pembuatan Ogoh-Ogoh sejak 5 Januari lalu. Hingga kini, pengerjaan telah mencapai hampir 50%.

“Kami sudah menyelesaikan tahap ngulat, dan tinggal menyempurnakan bentuk anatominya. Proyek ini dirancang permanen, meski belum menampilkan konstruksi ekstrem atau tambahan mesin karena keterbatasan biaya. Anggaran kami mencapai Rp 20 juta dari awal hingga selesai,” jelas Mang Bayu, Minggu (12/1/2025).

STYDK terakhir kali mengikuti lomba Ogoh-Ogoh tingkat kota pada 2016, setelah sebelumnya meraih nominasi tiga kali berturut-turut di 2012, 2015, dan 2016. Ketika itu, peraturan melarang Banjar yang sudah dua kali masuk nominasi untuk berpartisipasi kembali. Setelahnya, dari 2017 hingga 2019, mereka berkompetisi di tingkat desa Kesiman.

“Tahun 2020 kami gagal mengarak Ogoh-Ogoh karena pandemi COVID-19. Tahun 2025 ini menjadi momen penting karena genap 10 tahun kami absen dari perlombaan tingkat kota. Kami sangat antusias menyambut ajang ini,” ungkap Mang Bayu.

Tahun 2025 menghadirkan konsep tarung bebas dalam lomba Ogoh-Ogoh tingkat kota, yang memberikan kebebasan bagi peserta untuk berekspresi. Konsep ini disambut baik oleh Mang Bayu, yang menilai hal tersebut dapat memicu kreativitas pemuda Bali.

“Adanya tarung bebas sangat bagus untuk menampilkan karya terbaik dari masing-masing ST. Kami berharap konsep ini terus dipertahankan, namun harus didukung sistem penilaian dan informasi yang jelas agar tidak ada kesalahpahaman,” ujarnya.

Di tahun baru Caka 1947, Mang Bayu berharap tradisi malam pangerupukan tetap terjaga, termasuk penggunaan gamelan baleganjur sebagai iringan khas yang memperkuat suasana sakral.

“Kami berharap prosesi malam pangerupukan berjalan lancar, kondusif, dan menjadi ajang untuk melestarikan budaya. Partisipasi aparat desa dan pemerintah sangat diperlukan untuk menjaga keamanan,” harapnya.

Dengan tema Bhuta Perot yang mengangkat nilai tradisi dan budaya lokal, ST Yowana Dharma Kretih siap menunjukkan bahwa jeda 10 tahun bukan penghalang untuk tampil berprestasi kembali di tingkat kota Denpasar. Festival ini diharapkan menjadi momentum generasi muda dalam menjaga dan merayakan warisan budaya Bali. *m03

Read Entire Article